Sabtu, 30 November 2013

Pasukan Pantang Pulang Sebelum Maghrib


Kali ini bukan tentang cinta.


Sore itu hujan. Teringat masa kecil bersama sahabat-sahabat kecil dulu, dimana hujan adalah alarm untuk bersuka cita dan bergembira.

Sebutlah hujan-hujanan, dimana kita esoknya demam menggigil, dimarahi orang tua, dan tidak masuk sekolah karena flu. Cuma obat dan teh hangat teman setelah kejadian itu.

Tak ada rasa menyesal. Malah rasa ingin mengulanginya semakin membesar.

Iya, tawa lepas sore itu.



Mungkin, masa kecilku seperti foto diatas. Dimana tak mungkin waktu itu aku mem-foto kejadian ketika hujan-hujanan, waktu itu. Mengingat, dulu, aku lebih sering menghabiskan waktu di dunia nyata, daripada dunia maya.

Atau mungkin, waktu itu memang belum ada dunia maya?

Entahlah…

Waktu itu aku tak peduli dunia maya.



Dan dimana, hujan sudah reda, kita kembali ke rumah dengan rasa was-was, mama pasti sudah menunggu di depan pintu rumah.


“Gak ada masa yang lebih keren, daripada masa kecil; masa tanpa kemunafikan”.




Yoaaaaaa! Sebut saja kami: Pasukan pantang pulang sebelum maghrib.

Entah, tradisi atau semacam kebiasaan, adzhan maghrib adalah bel kembali ke rumah, tak kenal apa agamamu, tak kenal apa warna kulitmu, tak kenal dari mana asalmu. FPI members may not have a childhood. Maybe.

Aku rindu masa-masa kecil dulu. Masa-masa yang telah lama aku tinggalkan. Masa kecil yang penuh kenangan, menyenangkan, karena yang menyakitkan tak pernah mau ku kenang, atau memang sebenarnya tak ada yang menyakitkan.

Bertempat tinggal di desa, membuatku, mempunyai banyak sekali teman sepermainan waktu itu. Tentunya, teman tanpa rekayasa, gak seperti jaman sekarang, kebanyakan teman udah kayak sinetron, penuh rekayasa.


12:00 WIB. Bel pulang sekolah berbunyi.

 Berarti. It’s time to rock!!

“Maem dulu baru maen,” kata Mama, waktu itu.

“Ya maaaaaaaaaaaa,” jawabku, sambil mengambil nasi ke piring, sengaja kutuangkan sedikit, agar dikiranya itu adalah sisa makanan yang baru aku makan. Males makan. Kehilangan semenit aja jam main itu kalo jaman sekarang kayak udah kek seharian gak buka Twitter.

Tanpa sebuah komunikasi lewat handphone apalagi dunia maya, kita berkumpul dengan lengkap. Aneh. Tapi ini pernah kita alami. Tanpa handphone kita tetap manusia paling bahagia.

Tempat bermain kita gak netep, kita punya banyak lahan untuk bermain. Bermain bola tanpa garis batas itu hal biasa yang kita lakukan, mengingat berhektar-hektar lahan kosong, di desa kita.

Sedih, rasanya, sekarang tempat tanpa kemunafikan itu sekarang sudah berbentuk beton. Ketika uang bisa membeli alam. Remaja sekarang lebih memilih merasa hijau karena uang bukan karena Alam. Padahal alam menyajikan apa yang gak bisa dibeli dengan uang. 


Bermain di Lapangan



Hampir tiap hari, aku bermain dengan teman-teman kampungku. Mereka ada banyak sekali. Kadang mereka membuatku tertawa, kadang menangis. Tapi semuanya bagiku indah, semua yang aku lakukan bersama teman-teman kampungku. Tak ada sedikit pun rasa dendam waktu itu.

Kami disini biasa bermain:

Betengan


Lebih seru daripada Photobox. Apa hubungannya gue juga gak tau.

Gobak Sodor

Untuk memainkan permainan ini. Lo harus gesit!

Petak Umpet



Sebut saja si kucing penjaganya. Dan para kampret adalah yang ngumpet.

Kasti



Sejatinya, permainan kasti adalah memukul bola yang dilempar lawan sejauh-jauhnya, tapi yang kami lakukan adalah melempar pemukul sejauh-jauhnya.


Bermain di Sawah


kami juga suka menyatu dengan alam, dengan tumbuh-tumbuhan dan hewan. Meski siang-siang, terik matahari, panas, kami tak peduli. Kami adalah sahabat matahari, tak ada yang perlu di takuti.

Lahan sawah yang habis di panen, serta habis diguyur air hujan juga tempat favorit kita untuk bermain. Membentuk semacam danau. Yakali danau. Tepatnya, semacam got berukuran besar. Pulang dengan gatal-gatal, dan baju putih yang memudar. Dan sebuah omelan. Hal itu sangat menyenangkan



Timezone mah, lewaaaaaaaaaaaaaaaat!


Masak-Masakan

"Mbok, sok gede aku pengin dadi Chef"


Dengan bumbu pisang dan daun-daun tanaman. Berlagak kek Chef Juna, padahal kek tukang pecel lele. Anak-anak mengosrang-ngosreng masakan, diatas wajan tanah liat.
Epic.


Nyari ikan di kali



Bagi gue, mancing mania mah, gak ada kerennya. Mereka Cuma mancing, terus dapet ikan gede, terus dikembaliin. Kita! Nyebur kali, terjun langsung ke lapangan (makanya kita-kita cocok jadi pejabat, uhuk.), tanpa mengenal gatal, tanpa mengenal campur air kencing orang, sampe ‘pup’ pun kita terjang. Masa kecil tak terlupakan.


Gue malah kasian sama anak kecil jaman sekarang, yang masih kecil, tapi udah di kasih gadget, gak ada kerennya sama sekali. Mereka berhak berkeringat, mereka berhak berteman dengan alam, mereka berhak tertawa bersama di tanah lapang bersama burung-burung perkutut.

Semua permainan mereka udah tersedia di gadget, tinggal nunggu waktu aja, apakah permainan petak umpet, permainan-nya juga ngikut ngumpet? 


Jaman udah berubah, kasian anak kecil jaman sekarang yang banyak makan lagu cinta, bukannya makan kasih sayang. Kemaren, ngeliat ada anak kecil di TV yang sangat histeris sampai nangis karena pengin ketemu Coboy Junior? Aneh, hal yang tidak pernah gue alami waktu kecil dulu dan gak akan pernah mau. Masa kecil gue dulu di obok-obok, bukan di eaaa-eaaaa.  

"Kenapa anak kecil selalu gembira? karena dia tidak memikirkan masa lalu atau merisaukan masa depan"

Jadi, jangan terlalu bebani mereka.


Sedikit meme yang mungkin bisa ngingetin kita sama masa kecil:





















Nyet:




Tiru nih Spongebob yah adek-adek:



Dan hal paling kampret adalah:





Gue masih inget, Hendra temen SD gue dulu, dicari-cariin gak ada padahal berangkat sekolah, dia udah tau kalo hari itu ada suntikan di SD. Si Wawan, temen gue yang udah dapet giliran di suntik waktu itu, minta ijin ke kamar mandi dulu buat pipis. Karena pintu ke gembok dari dalem dan gak ada jawaban dari dalem, Wawan ngundang pak bon SD buat ngedobrak pintu.. Alhasil, ternyata si kampret ada di dalem kamar mandi itu. Saking ketakutannya, dia boker sampe ketiduran. 


Hm..

Aduh, maaf, ternyata setelah dipikir-pikir. Perlu juga, kata ‘Cinta’. 


Yang nulis khilaf.

Sedikit kata-kata tentang masa kecil dan rasanya jatuh cinta, sekarang:




Aku ingin kembali ke masa kecil, saat cinta begitu asing di telinga. Hanya sebuah tawa yang bisa membuat aku bahagia, walau tanpa cinta.




"Masa kecil, masa dimana begitu sederhananya, dimana ketika terjatuh hanya kaki yang terluka bukan hati"





"Kangen masa kecil, dimana cuma pengin duit jajan, bukan harapan"





"Cinta kok dipake mainan, masa kecil kurang mainan ya?"




Aku rindu masa kecilku, dimana aku gak butuh kamu, yang nyakitin aku. Aku hanya butuh kamu, kamu, kamu teman-temanku.



Dan akhirnya, tulisan ini hanyalah sebuah nostalgia, dimana gak mungkin kita balik ke masa lalu, kecuali reinkarnasi. Masa kecil memang menyenangkan, tetapi.. masa depan harus jauh lebih menyenangkan. Hidup cuma sekali. Sekali aja. Kalo mau tambah, ke rental PS aja J

Sabtu, 09 November 2013

I'm not an option, I'm a priority.



Malam ini Semarang hujan, gue sedang berada di sebuah Café Coffee, perpaduan yang pas sekali. 


Aku adalah segelas kopi anggap saja begitu

dan kau itu yah..hujan aku menyebutmu hujan

”..Sekalipun aku hanya segelas kopi, Aku takkan pernah habis
hingga engkau mereda, dalam gelas ini aku akan menunggu dan bertahan..”


kata kopi kepada hujan


                                                        …………..

" Silahkan saja, Aku tidak melarangmu..mungkin kamu takkan pernah habis,
tapi pelan-pelan kamu akan menjadi dingin, bahkan terlalu dingin, bersama waktu seperti aku..”


Jawab hujan kepada kopi

Sebuah dialog antara Kopi & Hujan.


Jujur aja, gue sering banget ngehabisin waktu di café sendirian, bukan.. Gue bukan orang yang selalu suka kesendirian, gue tetep suka kebersamaan. menghabiskan secangkir Coffee sendirian, dengan ditemani sebuah laptop dan tentunya WiFi, gue ngerasa gue nemuin dunia gue. Dan, jika gue ngajak seseorang, feel itu semacam hilang.


Entah juga kalo ditemani kekasih. Sayangnya, hal itu belum pernah terjadi dalam hidup gue. Hiks moment.

Hmm.

Sebenarnya, ketika gue menghabiskan waktu di café semaleman, terkadang juga mood gue sangat berantakan hari itu, dan itu terjadi pada hari ini.

Entah mengapa sejak gue masuk SMA, gue menjadi seorang yang moody. Yaps, orang yang mood-nya bisa berubah kapanpun. Menurut sebuah artikel yang gue baca, penyebab moody itu banyak, ada yang karena genetik atau keturunan, pengaruh lingkungan ada juga karena pergaulan, tapi menurut gue pribadi, moody gue ini terjadi karena pengaruh lingkungan. Padahal, waktu SMP gue sama sekali gak pernah ngerasain hal ini. I get bored with everything, I need a new worldEntahlah.


Sudahlah lupakan semua itu.

Btw, gue mau curhat nih. Hustt.. harap tenang. Curhatan seorang jomblo segera dimulai. 


Jadi, setelah gue lulus dari SMA gue bingung mau jadi apa?! Cita-cita gue sih, pengin banget bisa keliling dunia, tapi nyokap pengin anaknya jadi seorang Pegawai Negeri Sipil. Lah, gaji seorang PNS itu berapa sih? Mentok juga buat pergi ke Bali, itupun juga kalo ada piknik kantor. Sangat bertolak belakang. Bagi gue PNS itu cuma nyari aman, gak ada tantangan, sangat monoton. Ya, gue bisa menyimpulkan semua itu karena kedua orang tua gue seorang PNS. Tapi, tak apalah, ikuti dulu apa kata orang tua, mereka yang udah ngerasain asem-manis-nya  idup, mereka tau mana yang baik mana yang buruk buat anaknya. Toh, PNS juga pekerjaan halal, bermanfaat bagi orang banyak dan gak ngerugiin orang. Bener memang kata kebanyakan orang “Sesungguhnya, terlalu perhatiannya orangtua kita adalah gangguan terbaik yang pernah kita terima”.

Gue juga gak bisa ngebayangin, umur gue yang masih segini, dan wajah yang masih terlalu imut ini, memakai pakaian dinas. HAHAHA moment.

Gak kerasa, beberapa tahun lagi, bisa gue itung pake jumlah mantan gue. Gue udah ngerasain dunia kerja, dunia yang selama ini belum pernah gue pikirkan, dunia dimana gue dapet uang sendiri, ngatur uang itu sendiri, dapet uang ditabung buat masa lalu.. eh.. masa depan. Dunianya orang dewasa banget gitu.

Tapi…

NEMBAK CEWEK AJA GUE MASIH GAK BERANI!!!


Sebelumnya, cewek yang lagi gue taksir ini, udah pernah gue tulis di postingan “Cinta Dalam Diam”. By the way, gue dan dia udah masuk ke fase lirik-lirikan loh, entah gue yang ke-geer-an atau emang beneran, gue gak tau. Intinya, udah di fase ini aja gue udah seneng, padahal masih banyak fase yang dilaluin: PDKT -> Jalan -> Nembak. Masih jauh. Ya kalo, gak ada batu sandungan. Ya kalo, dia udah deket sama orang lain. Ya kalo, dia juga suka sama gue. Ya kalo, dia keburu udah ada yang punya. Hidup ini serba Ya kalo.

Kemaren, gue akhirnya di foolback di Twitter sama dia, itu juga di foolback karena Twitter gue di bajak sama temen gue. Kalo nggak, gue juga gak akan minta foolback, gue itu jomblo yang sombong, terlalu mentingin gengsi daripada isi hati. Terus setelah di foolback? Gue bingung, apa hal yang harus gue lakuin setelah ini, gue canggung akan cinta, masa SMA gak ngebuat gue jadi seorang Pejantan Tangguh, gue cemen akan hal cinta.

Anyway, gue juga ragu sama dia, kemaren malem gue stalking Twitter-nya dia, dan apa yang terjadi… Dia masih mention-mentionan sama mantannya dulu, dan yang gue tau, dari temen gue yang sekelas sama dia sekarang, dia putus sama mantannya yang terakhir, karena dia belum bisa Move On dari mantannya yang lagi mention-mentionan sama dia ini. Salah nggak gue untuk ragu?


Ibarat angin yang tidak dapat dilihat tapi dapat gue rasakan sama halnya ketika gue memendam perasaan sendiri tidak kamu ketahui. Memendam hanya akan membuat gue, merasakan sendiri, sendirian tanpa mau membaginya. Mungkin jika raga gue bisa berbicara, dia bakal ngomong “Lepas.. Lepas gue dari hidup Lo, gue gak mau berada di satu raga bersama seorang pengecut”.



Seperti biasa, ketika gue sedang resah dan tak tau mau ngomong sama siapa, gue coba mengobrolkannya dengan si Azka, temen Yahoo Masenger gue.

“Ka, gue udah stuck nih, gue bingung apa yang harus gue lakuin, gue gak bisa bertindak apa-apa, apa yang harus gue lakuin biar dia ngerti kalo gue suka dia, Ka?”

“Yang memendam rasa suka namun ga bertindak apa-apa. Cuma bisa lihat dari jauh, udah senang melihatnya bercanda, ketawa, senyum.. tapi pengen ga sih senyumnya itu karena lo? gue yakin lo pasti akan lebih bahagia! makanya berani dong. pedekate ga harus bbm-in, minta nomer hape kok dan ngobrol setiap hari kok. justru jangan terlalu agresif. karena ga semua orang suka itu. mulai dari   perhatian kecil, nanya hal yang ga penting. biasanya sih yang agak agak misterius gitu, yang bikin penasaran, lebih gimana gitu... :3 siapa tau si dia akhirnya tertarik juga ama lo”.

Jawab Azka.

"Azka emang orang paling ngerti," Batin gue. Sambil tersenyum di depan layar laptop.



Akhirnya, gue membulatkan tekad buat ngajak dia jalan. Tekat itu udah sangat bulat. Omongan Azka udah nge-doktrin gue.


Karena doi udah nge-foolback gue, gue berencana nge-DM dia buat ngajak jalan.

"Hei, malem ini ada acara nggak? mau gak tak ajakin maen?" tanya gue. Send.

Dag Dig Dug. 30 menit kemudian ada Direct messages masuk.

"Maaf yah. aku lagi sakit. besok aku phisiotheraphy. Lagi istirahat gitu," jawab dia, ngebuat gue tersenyum. Dia gak jaim. Walaupun jaim sih..

Gue gak mau maksain, karena sesuatu yang dipaksain itu endingnya juga bakal terpaksa. Entah terpaksa bosen, atau terpaksa di tinggal salah satu duluan, "Yaudah, get well really son ya!" kata gue, memberi semangat.

Blablabla ngobrol ngalor ngidul dari sini gue tahu, kalo dia gak suka kopi, berbanding lurus dengan gue yang penggemar kopi garis keras. Kata dia sih, kopi bikin tulang keropos. Gue jawab aja itu cuma mitos. Tapi, yaudah, cinta ini gak bisa diukur dengan segelas kopi. Tsah.


Di dalam obrolan itu, kita merencanakan sebuah pertemuan. Pertemuan berdua saja. Dia ternyata orang yang sibuk, sama kayak gue sih.. Sok sibuk.  Jadi, perlu rencana panjang untuk sebuah pertemuan jejaka muda nan tampan ini, dengan seorang premaisuri.

Lebay? Biarin. Namanya juga jatuh cinta.




Gue masih ragu.


Di satu sisi, gue sangat bahagia merasakan sebuah cinta yang baru, tapi di sisi lain, ada keraguan baru, dalam hidup gue. Entah, ini hanya sebuah prasangka gue saja, atau entah...

So, gue kemaren stalking lagi, kali ini Instagram dia. Apa yang gue dapat? Dia habis upload foto mantan dia. Dan di coment dalam foto itu banyak yang berharap mereka balikan. A thing which is not good I read.

Salah gak, bagi gue untuk curiga? Salah gak, kalo gue menunda mengungkapkan segalanya? Gue hanya Pria yang tak mau patah hati (lagi) karena cinta. Gue gak munafik akan hal itu. Gue gak takut dikatain lemah. Jika melupakan cinta itu semudah menghapus tulisan di papan tulis. Gue gak akan jomblo selama ini.


Jujur aja, sebelum gue tulis semua ini. Gue menulis sebuah Thread di Kaskus dengan judul “Jika agan jadi ane, apa yang agan lakukan?” isi Thread-nya hampir sama, dengan postingan ini. Yaps, betul. 80 persen orang yang komen di Thread gue pada komen “Cari yang lain, gan” 20 persen-nya  ngedukung gue untuk tetep maju.

Dari hati gue yang paling dalam, gue gak percaya kalo dia bakal jadiin gue pelampiasannya, dia juga gak bakal jadiin gue cinta sesaatnya, atau mungkin gue hanya suhu pemanas untuk mantannya. Seperti apa yang diucapkan orang-orang di Kaskus.

 Itu bukan ‘dia’ yang selama ini gue amati, hampir 2 tahun.


Keraguan itu memuncak malam ini. Gue hanya manusia dengan ego yang tinggi, yang tak mau di pilih. Gue harus prioritas.
Gue juga gak mau berharap, sama orang yang masih berharap.

“Berharap sama orang yang masih berharap? Sia-sia”


Gue juga gak mau punya hubungan dengan orang yang masih hidup dalam angan-angan kenangan, masa lalu. Sebuah hubungan pada dasarnya diciptakan untuk sebuah masa depan. Nah, jika salah satunya masih hidup dalam masa lalu? Kalo kata orang Jawa sih, bakal Bablas. Masa lalu ada bukan untuk merusak rencana masa depanmu.


Aku lelaki bukan tuk dipilih. I'm not an option, I'm a priority.



I hope you can read this...




Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...