“aku. hujan. dan rindu.
semua menuju satu tujuan, kamu.”
Waktu itu sengaja ngeputer lagu Afgan – Jodoh Pasti Bertemu.
Terkadang, lagu yang kita dengar adalah kesimpulan
hati kita yang gak bisa kita ucapkan. Yoih, lagu Afgan yang ini, emang true
story of my life.. or story of many people? Maybe :D
Tiba-tiba playlist
memutar lagu Efek Rumah Kaca yang Desember. Yup,
This is the best song for this month.
♫
Aku selalu suka sehabis hujan dibulan desember, Di bulan desember..
Sampai nanti ketika hujan tak lagi meneteskan duka meretas luka sampai hujan memulihkan luka ♫
Sampai nanti ketika hujan tak lagi meneteskan duka meretas luka sampai hujan memulihkan luka ♫
Sebuah Cappucino
tersaji di cangkir yang masih panas, dari balkon rumah, suara hujan begitu
deras terdengar.
Senyum manismu dulu, masih lekat di pikiran. Tapi,
hidupku terus berjalan, aku harus menemukan hal baru, yang bernama kebahagiaan.
Walau
tanpa dirimu..
Tepat 2 tahun yang lalu kita masih saling
bercengkrama, memadu tawa bersama, membagi rasa cemburu, melawan kesusahan
dengan kebersamaan. Itulah kita dulu.
Masih ingatkah kau denganku?
Aku harap masih.
“Yaps!
Orang dalam kenangan itu boleh pergi, namun kenangan yang ditinggalkan tak akan
pernah pergi.”
Beberapa orang hanya berniat untuk mengenang, bukan
untuk mengulang. Dan akulah salah satunya.
Aku rindu ketika kamu dulu bilang, “Kamu liat
bintang malem ini nggak?”
Dan aku segera menjawab, “Iya, ini lagi di balkon
rumah, bulan sabit-nya lucu tuh.”
“Walaupun kita jauh, tapi ketika kita melihat
bintang yang sama, rasanya kita jadi dekat. Pengin deh rasanya, ngeliat lautan
bintang,”
“Tuhan memang maha Romantis, ya. someday, look with me :)”
“promise?”
“Yes.
I will..”
“Hujan
air di luar. Hujan rindu di hati.”
Tau nggak? Setelah kita dua tahun tak lagi bersama. Aku belum
menemukan penggantimu. Menemukan cinta baru sih, udah. Tapi, aku salah
mencintai seseorang, dia masih mencintai kenangan, sedangkan aku mencari masa
depan. Ngenes kan?
Kalo kamu gimana?
Aku harap kisahmu tak seperti aku.
Kamu pasti lebih dewasa daripada dulu. Dulu kamu sering
cemburu karena hal yang seharusnya gak
dicemburuin, manja banget kalo dibangunin pagi-pagi, ngambek kalo nggak
dikabarin.
Tapi aku suka itu.
Tenang, aku hanya menciptakan kenangan yang dibantu
hujan, aku tidak berfikir untuk kembali di kehidupanmu. Aku bukan tipe orang yang suka balik sama mantan. Anggep aja mantan itu adalah “alumni”, ga bakal
balik lagi, dan udah dapatkan pelajaran.
Karena hujan membawaku kemanapun dalam alam
fantasiku. Termasuk membawaku ke masa lalu.
Aku hanya ingin melihat orang yang pernah mengisi
hari-hari ku dulu, bahagia. Walaupun sudah tidak ada lagi kata ‘kita’.
Hujan mulai reda. Aroma Petrichor mulai terhirup.
“Hujan, aku tak pernah tak suka aroma petrichor yang
kau tinggalkan saat kau pergi”
Sapa ku terhadap hujan, sebelum mereka pergi.
Langit malam itu mulai berbintang,
Sapa ku terhadap hujan, sebelum mereka pergi.
Langit malam itu mulai berbintang,
Memang, terkadang hubungan tak se-awet hujan di bulan
desember.
hiyeeep, sesekali emang kenangan pasti kebuka lagi ya, tapi ya buat di kenang aja, bukan kembali.
BalasHapusYoih. emang gitu :)
Hapushwiihh.. hujan memang bisa membuka semua kenangan yang mestinya mau dikubur yaa.. dan quote diatas yang 'orang dalam kenangan itu boleh pergi, namun kenangan yang ditinggalkan tak akan pernah pergi' .. ehm, itu bener banget ._.
BalasHapus"Beberapa orang hanya berniat untuk mengenang, bukan untuk mengulang. Dan akulah salah satunya"
BalasHapussendu sekali :''
Yang nulis juga lagi sendu. Maklum :')
HapusHujan selalu bisa membawa ku mengingat mu...
BalasHapusBlognya keren :D
BalasHapusapa nggak punya rencana bikin buku nih ?
It's my dream :') hehehe
Hapus